Awas, Wabah Cacar Monyet Mengintai | riauantara.co
|
Menu Close Menu

Awas, Wabah Cacar Monyet Mengintai

Selasa, 14 Mei 2019 | 14:17 WIB

RIAUANTARA.CO| JAKARTA - Masyarakat Indonesia diminta mewaspadai penularan virus monkeypoxatau cacar monyet. Meski penderita bisa sembuh dengan sendirinya, virus ini dalam beberapa kasus bisa menyebabkan komplikasi serius, seperti infeksi paru-paru, radang otak, hingga infeksi mata.

Kasus cacar monyet telah ditemukan di negara tetangga, Singapura. Padahal, virus ini biasanya mewabah di Afrika Tengah dan Afrika Barat.

Kementerian Luar Negeri RI pun telah mengeluarkan imbauan kepada warga negara Indonesia (WNI) terkait temuan kasus cacar monyet yang diumumkan otoritas Singapura pada Jumat (9/5). Imbauan Kemenlu tersebut diedarkan melalui akun media sosial dan situs Safe Travel pada Senin (13/5/2019).

WNI yang berada di Singapura diminta tetap tenang dan mengikuti perkembangan situasi ini melalui media lokal ataupun laman Kementerian Kesehatan Singapura www.moh.gov.sg.

Kasus pertama cacar monyet di Singapura diumumkan setelah seorang warga Nigeria dinyatakan mengidap virus yang diduga berasal dari daging satwa liar yang sempat ia konsumsi di sebuah resepsi pernikahan di Nigeria, sebelum memasuki Singapura pada 28 April 2019. Daging satwa liar merupakan salah satu sumber penularan virus cacar monyet.

WNI yang berada atau berencana bepergian ke negara-negara Afrika Tengah dan Afrika Barat juga diimbau selalu menjaga pola hidup higienis, menghindari kontak kulit langsung dengan bangkai hewan atau mayat yang terinfeksi. "Serta tidak mengonsumsi daging satwa liar, seperti monyet, kadal, buaya, dan ular," demikian keterangan Kemenlu RI.

WNI yang memiliki gejala-gejala tertentu setelah mengunjungi negara-negara di Afrika Tengah dan Afrika Barat diimbau segera mengunjungi dokter atau fasilitas medis untuk mendapatkan perawatan.

Kementerian Kesehatan Singapura dalam laman resminya menyatakan, cacar monyet merupakan penyakit langka yang utamanya ditularkan dari hewan ke manusia. Orang yang terinfeksi biasanya mengalami ruam kulit, demam, sakit kepala, sakit punggung, hingga pembengkakan kelenjar getah bening. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri. Berdasarkan banyak kasus, sebagian besar pasien sembuh dalam kurun waktu dua hingga tiga pekan.

"Namun, virus ini juga dapat menyebabkan pneunomia, radang otak, dan infeksi mata dengan hilangnya penglihatan," demikian keterangan Kementerian Kesehatan Singapura saat mengumumkan temuan kasus cacar monyet, tengah pekan lalu.

Tingkat kematian akibat virus tersebut dilaporkan sebesar satu persen hingga 10 persen. Sebagian besar kematian terjadi pada kelompok usia yang lebih muda.

Menyikapi hal tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengeluarkan surat edaran kepada semua Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) untuk melakukan penjagaan secara preventif di setiap pintu masuk negara. Kendati begitu, Anung mengimbau masyarakat Indonesia tak perlu panik.

"Insya Allah, tidak akan jadi wabah di Indonesia," kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Anung Sugihantono, seperti dikutip dari laman republika.co.id, Senin (13/5/2019).

Anung mengajak masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan dengan sabun. Lalu, hindari kontak langsung dengan tikus atau primata dan membatasi pajanan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik.

Masyarakat juga perlu meng hindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi. Kemudian, hindari kontak dengan hewan liar atau mengonsumsi daging hewan liar hasil buruan.

Pemerintah Kota Batam sebagai daerah yang dekat dengan Singapura memperketat pengawasan di pelabuhan untuk mengantisipasi penularan virus cacar monyet. Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam Didi Kusumarjadi mengatakan, pihaknya menyiagakan alat pendeteksi suhu tubuh di pelabuhan. Dengan alat itu, kata dia, suhu tubuh setiap warga negara Indonesia dan asing yang baru memasuki wilayah Batam akan dipindai.(*)hh
Bagikan:

Komentar