Dikawal Gajah Jinak, Gajah Liar di Inhu Mulai Mengarah ke Tesso Nilo | riauantara.co
|
Menu Close Menu

Dikawal Gajah Jinak, Gajah Liar di Inhu Mulai Mengarah ke Tesso Nilo

Senin, 17 Juni 2019 | 14:24 WIB


RIAUANTARA.CO | INHU - Gajah liar yang memasuki pemukiman dan kebun karet masyarakat di Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, mulai bergerak menuju habitatnya di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN).

Saat ini posisi satwa bongsor berbelalai tersebut sudah mengarah ke hutan tanaman industri (HTI) yang berbatasan dengan taman dimaksud.

Puluhan petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dikerahkan untuk mengatasi konflik gajah dengan manusia ini. Dua gajah latih, Indro dan Rahman, turut membantu dari pagi hingga dini hari menggiring temannya yang liar ini.

Menurut Kepala Bidang I BBKSDA Riau Andri Hansen Siregar, ada beberapa kendala penggiringan gajah liar ini. Selain hujan deras yang turun pada Sabtu, 15 Juni 2019, kondisi kebun karet tua tempat gajah liar bermalam juga membuat kawanan yang berjumlah enam ekor itu betah.

"Di kebun karet tua itu lokasinya sejuk dan ada pakan kesukaannya, selain itu di sana ada juga kubangan tempat yang disenangi gajah untuk berendam," kata Andi.

Semak-semak dan rindangnya pohon di kebun tua itu juga membuat petugas beberapa kali kehilangan jejak gajah liar. Hal ini wajar karena petugas harus menjaga jarak aman agar bisa menghindar jika sewaktu-waktu gajah liar mengamuk.

"Ada beberapa kali gajah liar cepat berbelok menghindari petugas. Gajah liar mencari celah supaya tak diikuti petugas pengiring dan gajah latih," sebut Andri.

Di samping itu, enam gajah liar sering terpecah satu sama lainnya. Terkadang sewaktu penggiringan dilakukan, hanya ada dua gajah terpantau sementara lainnya menghilang begitu cepat.

"Dua gajah inilah yang terkadang mendekati gajah latih setelah petugas memancing dengan memberi pakan," sebut Andri.

Selain penggiringan, petugas juga memblokir jalur gajah agar tak kembali mendekati pemukiman. Beberapa petugas dan mobil di parkir di lintasan arah pemukiman.

Sementara petugas lainnya, di tengah gerimis hujan, selalu mengamati beberapa gajah liar yang terpantau bersama Mahot atau pengendali gajah latih dari WWF dan BBKSDA Riau di TNTN. Metode penggiringan diakui Andri memang berisiko tapi harus dijalankan agar konflik ini segera selesai.

Adapun metode yang digunakan, terang Andri, adalah dengan sergap halau. Petugas membuat formasi satu baris, di mana gajah latih berada di tengah sedangkan petugas berada di sayap kiri.

Ada 12 petugas disiagakan di sayap kiri dan 30 orang di sayap kanan gajah latih. Petugas lalu menyisir kebun karet tua yang tidak terawat secara bersamaan.

"Formasi dilakukan satu jam dan 20 menit, formasi ini agak beresiko," tegas Andri.

Formasi ini berhasil menemukan gajah liar berada di sayap kiri, lalu petugas menyergap dan menghalau. Namun pada saat itu, gajah liar berlari mengarah ke pemukiman padat, lalu tim sayap kanan  segera menghalau sambil mengarahkannya ke jalur yang disiapkan.

"Ketika gajah latih berbelok, gajah liar dengan cepatnya berbelok juga mengambil celah di antara petugas sayap kiri dan masuk ke kebun tua lagi. Di sini petugas sempat kehilangan jejak kembali," terang Andri.

Selanjutnya pada Sabtu menjelang Magrib, tim mecoba lagi dengan formasi sama tapi tak berhasil. Petugas lalu menempatkan gajah latih ke sisi utara kebun karet tua sebagai pemancing lagi. Banyak pakan disebar di sekitar gajah latih ditambat sebagai umpan.

"Tengah malam ada dua gajah liar mendekat. Berikutnya pada Minggu dini hari, tim secara perlahan mulai bergerak menghalau dari sisi selatan posisi gajah liar yang telah berkumpul bersama gajah latih," terang Andri.

Penggiringan Minggu dini hari ini mulai membuahkan hasil. Kawanan gajah liar mulai bergerak ke arah utara menuju kawasan hutan industri yang berdekatan dengan habitatnya di TNTN.***/suk
Bagikan:

Komentar