Kadisdik Pekanbaru Cuekin Keluhan Guru SMPN 34 | riauantara.co
|
Menu Close Menu

Kadisdik Pekanbaru Cuekin Keluhan Guru SMPN 34

Selasa, 15 Februari 2022 | 19:29 WIB




Pekanbaru |Riauantara.co. - Sebagai pembantu Walikota dalam melaksanakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) kota Pekanbaru DR Ismardi Ilyas M.Ag dinilai mengecewakan. Buktinya, keluhan sejumlah guru terhadap sikap Kepala SMPN 34 Pekanbaru, tak direspon.


"Tadi kami bermaksud menyampaikan keluhan kepada pak Kadis mengenai sikap arogansi Kepala sekolah. Tapi responnya sungguh diluar diluar dugaan. Sudahlah ndak mau ketemu, staf yang diutus pak Kadis malah marah-marah ke kami", ucap salah seorang guru kecewa yang meminta identitasnya dirahasiakan di kantor Disdik Pekanbaru Jalan Syamsul Bahri, Selasa (15/2/22).


Sumber tersebut mengungkapkan, secara garis besar sikap arogansi Kepala SMPN 34 itu yakni, meliputi keuangan, jabatan dan moral. Hanya saja, ia enggan merinci secara detail persoalan di sekolah tempat dia bertugas tersebut dengan dalih masih rahasia.


Sementara itu, Kadisdik Pekanbaru DR Ismardi Ilyas M.Ag yang dikonfirmasi via selularnya terkait masalah itu, hingga berita ini ditulis belum memberikan jawaban.


Terpisah, Kepala SMPN 34 Pekanbaru Elvi Devita SPd MPd tak menampik adanya riak-riak di sekolah yang beralamat di Jalan Kartama tersebut.


"Iya makin tinggi sebuah pohon anginnya makin kencang. Insyaallah di sekolah kita baik-baik. Semua solid bekerja. Program masih jalan bagus. Barusan tadi pak Kadis apresiasi. Pustaka kita kan paling tinggi akreditasi nasionalnya bagus. Nah kalau ada satu dua yang kontra itu pasti ada", ucapnya.


Ia mengatakan, dana sosial senilai Rp10 juta, dulunya dari pengurus lama, Neng, yang kini sudah pensiun. Nah, saat mulai menjadi Kepala sekolah Juni 2019 di SMPN 34, dana tersebut diserahkan kepadanya. 


Kemudian, kala pertama masuk ke SMPN 34, kata mantan Kepala SMPN 27 itu, serba tak ada. Seperti WC guru dan tempat sholat yang letaknya cukup jauh. 


Atas pertimbangan itu beber Elvi, kemudian atas kesepakatan bersama, sarana tersebut dibangun agar lebih dekat. Bahkan uang pribadi sertifikasinya terpaksa ikut disedekahkan untuk menutupi kekurangan biaya.


"Nah ternyata di tengah jalan, ada yang suka ada yang tidak. Malah uang pribadi sertifikasi ibu sedekahkan untuk nambahin. Nah kalau enggak setuju kenapa ngak dibilang dari awal", ujar Elvi Devita.


Selain dana sosial sebut Elvi Devita, dana sertifikasi yang dipungut dari guru-guru, merupakan sumbangan sukarela atau sedekah dari guru-guru itu sendiri. 


"Kalau mau yah ngak apa-apa. Enggak dipaksa koq. Jadi insyaallah sudah aman itu semua", tukasnya.


Ketika disebutkan bahwa perbaikan sarana dan prasarana di sekolah bisa menggunakan dana BOS atau diusulkan ke Disdik, Elvi Devita   mengaku memang bisa. Hanya saja prosesnya lama.


"Bisa kita usul juga. Tapi kan lama. Iya namanya iuran guru untuk membangun tempat berwudhu, itu aja", tandasnya. (fin)

Bagikan:

Komentar