Berkat Program PHR, Mahasiswa Sakai Lahirkan Buku Budaya Lokal | riauantara.co
|
Menu Close Menu

Berkat Program PHR, Mahasiswa Sakai Lahirkan Buku Budaya Lokal

Senin, 14 Maret 2022 | 17:19 WIB


RIAUANTARA.CO.| PEKANBARU – Para mahasiswa Sakai, yang tergabung dalam Program Inkubator Karier PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Angkatan (Batch) I, berhasil melahirkan sebuah buku hasil karya dan riset mereka sendiri. Buku berjudul ”Makanan Tradisional Suku Sakai dalam Kearifan Budaya dan Sejarah” itu sekaligus membuktikan bagaimana program PHR mampu mendorong munculnya potensi anak-anak daerah Riau.


Peluncuran buku tersebut dilakukan pada acara pembukaan Workshop Inkubator Karier PHR Angkatan II di Pekanbaru pada Senin (14/3). Acara itu dihadiri oleh Asisten III Bidang Administrasi Umum Setda Pemprov Riau Joni Irwan, Kasiter Korem 031/ Wirabima Letkol Inf. Hipni Maulana Farhan, Ketua Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (LPPMP) Universitas Riau Prof. Dr. Zulkarnain, MM, perwakilan Pemkab Bengkalis dan Siak, Spesialis Dukungan Bisnis SKK Migas Sumbagut M. Rochaddy Lubis, serta para tokoh masyarakat adat Sakai.


Buku dokumentasi gastronomi makanan suku asli daerah Riau tersebut disusun para mahasiswa Sakai dengan pendampingan dari Pusat Pengembangan Karir dan Kewirausahaan (P2K2) Universitas Riau (Unri) selaku mitra pelaksana program Inkubator Karier PHR. Buku setebal 81 halaman ini sedang dalam proses pengurusan ISSN, sebelum dipublikasikan secara luas. Angkatan I Program Inkubator Karier telah mengikuti kegiatan pada November tahun lalu.


”Karya ini wujud kontribusi nyata dari mahasiswa Sakai peserta Program Inkubator Karier PHR dan kecintaan mereka terhadap budaya lokal. Program-program PHR diharapkan menjadi stimulus agar bisa diduplikasi oleh pihak-pihak lain dalam rangka peningkatan sumber daya manusia atau SDM lokal Riau,” tegas VP Corporate Affairs PHR WK Rokan Sukamto Tamrin.


Program Inkubator Karier PHR membekali peserta dengan beragam keterampilan dasar untuk mengenali minat dan potensi diri, meningkatkan soft skill, serta mengembangkan diri agar berdaya saing di dunia kerja maupun wirausaha. Program ini menjadi nilai tambah bagi para penerima beasiswa pendidikan yang diberikan kepada mahasiswa D3/S1 dari Suku Sakai di Bengkalis dan Siak.


”Kami yakin dan percaya program ini dapat meningkatkan SDM lokal yang mumpuni dan berdaya saing sehingga mendorong kemandirian masyarakat. Tak terbatas di dunia kerja, namun juga bagaimana mendorong kewirausahaan di kalangan masyarakat,” kata Asisten III Bidang Administrasi Umum Setda Pemprov Riau Joni Irwan, yang hadir mewakili Gubernur Riau sekaligus membuka acara workshop.


Untuk Angkatan II Inkubator Karier PHR, kegiatan workshop akan berlangsung selama lima hari (13-18 Maret 2022) dan diikuti oleh 20 mahasiswa Sakai terpilih. Para peserta dibimbing oleh para mentor dan ahli dari P2K2 Unri, Neuro-linguistic Programming (NLP), Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), dan juga pihak TNI.


Para peserta akan mendapatkan berbagai materi pembekalan seputar wawasan kebangsaan, peningkatan kemampuan berkomunikasi, pembentukan reputasi dan pengembangan diri, kepemimpinan, serta kewirausahaan. Selain itu, mahasiswa peserta program Angkatan II ini akan diberikan coaching dan mentoring untuk ikut serta dalam sebuah proyek karya tulis terkait kewirausahaan.


Pasca kegiatan workshop, para peserta akan dipantau melalui platform digital selama kurang lebih 20 hari, untuk mendapatkan gambaran habit formation atau perilaku positif dalam mengaplikasikan hasil kegiatan.


Peningkatan kualitas SDM merupakan salah satu tujuan dari pelaksanaan program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan dan Lingkungan (TJSL) PHR di bidang pendidikan. Program Inkubator Karier merupakan wujud dukungan PHR terhadap upaya Pemprov Riau dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan ekonomi, serta menurunkan angka pengangguran.


Program-program TJSL PHR dijalankan dengan pola kerja sama pentahelix di mana membangun kolaborasi dengan para pemangku kepentingan terkait agar maju dan sukses bersama-sama. Pola kerja sama pentahelix atau multipihak melibatkan unsur pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, dan media. (rls/fin)

Bagikan:

Komentar