Gubernur Riau Tegaskan Kebijakan ''Membumi'' Berbasis Data | riauantara.co
|
Menu Close Menu

Gubernur Riau Tegaskan Kebijakan ''Membumi'' Berbasis Data

Rabu, 09 April 2025 | 11:15 WIB
Gubernur Riau, H. Abdul Wahid, saat menghadiri rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, Selasa (8/4) kemarin.
Pekanbaru, riauantara.co | Gubernur Riau, H. Abdul Wahid, menegaskan pentingnya penggunaan data dalam perumusan kebijakan pemerintah daerah agar keputusan yang diambil tidak "mengawang-awang", sesuai pepatah Melayu. Pernyataan ini disampaikan saat menghadiri rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, Selasa (8/4) kemarin.

"Saya selalu mengawali pekerjaan itu dengan data untuk mengambil kebijakan. Sehingga kebijakannya itu tidak mengawang-awang kalau kata orang Melayu. Jadi, kebijakan itu harus lebih membumi. Maka dari itu, data menjadi sesuatu hal yang penting bagi saya dalam mengambil keputusan," ujar Wahid di Kantor BPS Riau.

Menurut Gubernur, BPS merupakan salah satu sumber data paling dapat dipercaya. Selain BPS, ia juga rutin memantau data yang dirilis Bank Indonesia (BI) sebagai acuan penyusunan kebijakan ekonomi daerah.

"Menurut saya, BPS adalah sumber data terpercaya. Saya juga selalu pegang data dari dua lembaga, yakni BPS dan Bank Indonesia," tambahnya.

Wahid menuturkan, kepercayaan publik baik di tingkat lokal maupun internasional terhadap data BPS dan BI sangat tinggi. Data tersebut menjadi pijakan utama dalam merumuskan strategi pembangunan dan pengelolaan anggaran.

"Karena kalau BI sudah merilis data, tentu ada sesuatu hal yang perlu kita cermati. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap data BI dan BPS sangat tinggi," jelasnya.

Di tengah kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya stabil, Gubernur Riau mengingatkan agar setiap kebijakan yang diambil tepat sasaran dan efisien dalam penggunaan anggaran.

"Kalau kita tidak hati-hati, uang bisa mubazir. Padahal keuangan kita terbatas. Jadi, ini yang paling penting," tegas Wahid.

Lebih lanjut, Wahid berharap agar laporan BPS tidak hanya menampilkan angka-angka positif, tetapi juga mengungkap "fakta pahit" yang memerlukan penanganan serius. Menurutnya, data negatif sama pentingnya dengan data positif karena akan memicu langkah perbaikan.

"Saya tidak mau rilis hanya yang membanggakan saja. Yang mengecewakan juga saya perlu tahu, karena itu yang paling penting untuk mencarikan solusi, bukan untuk mencari pujian," pungkasnya.
Bagikan:

Komentar