Bosan Belajar Daring, Guru Buantan Lestari Pertanyakan ke Pemkab Siak | riauantara.co
|
Menu Close Menu

Bosan Belajar Daring, Guru Buantan Lestari Pertanyakan ke Pemkab Siak

Senin, 09 November 2020 | 19:30 WIB

 


Siak, riauantara.co | Dilema dunia pendidikan di masa Pandemi Covid-19 ini cukup kompleks. Di Kabupaten Siak, Riau sudah banyak orangtua yang mengeluhkan tentang anak-anak mereka sudah sangat jenuh belajar lewat daring (dalam jaringan).

Ridwan, guru SD Negeri 01 Buantan Lestari mengatakan banyak walimurid yang mempertanyakan kapan belajar tatap muka di sekolah diaktifkan kembali. Sebab dengan belajar melalui daring, anak-anak kesulitan mendapatkan pendidikan secara baik.

"Memang dengan adanya pandemi Covid-19 ini, dilema bagi para orangtua dan guru. Ada orangtua yang mengaku tidak mampu mengajar anaknya dengan beberapa alasan, ada yang daerah tempat tinggal siswa sulit jaringan internet. Jadi apakah mungkin sekolah dibuka kembali dengan syarat menerapkan protokol kesehatan," kata Ridwan dalam kegiatan Penyuluhan hukum penanganan dan pencegahan Covid-19 di Kabupaten Siak, Senin (9/11/2020).

Pertanyaan Ridwan itu dijawab langsung oleh Sekretaris Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Siak, Budhi Yuwono.

"Kami sangat memahami bagaimana kejenuhan anak-anak belajar dari rumah. Selain belajar formal, anak-anak juga perlu pembinaan dari guru di sekolah. Dan belajar melalui daring ini memang sangat tidak maksimal, namun hingga kini pemerintah pusat belum membuat kebijakan terkait belajar tatap muka di sekolah ini," kata Budhi.

Untuk di Kabupaten Siak sendiri, kata Budhi, belum lama ini kasus Covid-19 itu terjadi di klaster pendidikan atau sekolah yakni di Kecamatan Koto Gasib dan Bungaraya.

"Ini yang kita khawatirkan jika belajar di sekolah diaktifkan kembali. Apalagi di Siak klaster anak-anak juga ada. Bahkan dari hasil diskusi kita ke Disdik (Dinas Pendidikan), mereka juga tidak berani untuk membuka sekolah saat ini," kata Budhi.

Apalagi,kata Budhi, di beberapa negara tetangga yang sudah mengaktifkan kembali kegiatan belajar mengajar di sekolah, justru membuat gelombang Covid-19 terjadi.

"Ini yang tidak kita inginkan, padahal seperti di Malaysia itu sekolahnya sudah menerapkan Protokol Kesehatan dengan ketat, tetapi tetap saja terjadi penularan virus Corona ini," kata Budhi lagi.

Untuk pendidikan yang sudah aktif saat ini di Kabupaten Siak hanya Pondok Pesantren. Hal itu juga sebelumnya dengan pertimbangan yang matang. Dimana, untuk tahap awal sangat susah menerapkannya.

"Kalau pondok pesantren ini anak-anak tinggal di asrama dan tidak dibolehkan keluar masuk atau dikunjungi oleh orang dari luar asrama. Jadi dari sisi keamannya masih terjaga, sementara sekolah formal lainnya itu siswa datang dan kembali setiap hari. Maka sangat rawan penularan virus Corona," kata Budhi.
(kab/inf)

Bagikan:

Komentar