Batu Talempong, Warisan Prasejarah yang Melegenda di Lima Puluh Kota | riauantara.co
|
Menu Close Menu

Batu Talempong, Warisan Prasejarah yang Melegenda di Lima Puluh Kota

Sabtu, 22 Februari 2025 | 10:21 WIB
Batu Talempong, warisan budaya yang telah melegenda di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
Sumatera Barat, riauantara.co | Batu Talempong, warisan budaya yang telah melegenda di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, terus menarik perhatian masyarakat dan wisatawan. Batu ini bukan sekadar peninggalan sejarah, tetapi juga memiliki keunikan sebagai alat musik yang dapat mengeluarkan bunyi khas saat dipukul.

Batu Talempong terdiri dari enam buah batu yang tersusun berjajar di atas alas bambu dan tersimpan di halaman Balai Adat Nagari Talang Anau, Kecamatan Gunuang Omeh.

Meskipun secara fisik tampak seperti batu biasa, namun saat dipukul, batu ini menghasilkan suara nyaring yang menyerupai alat musik talempong atau gamelan khas Minangkabau. Keenam batu ini telah disusun berdasarkan urutan tangga nada yang dihasilkan.

Batu Talempong dipercaya ditemukan oleh seorang ulama Minangkabau, Syekh Syamsudin. Konon, ia mendapatkan petunjuk dalam mimpi dari seorang pria tua bersorban dan berjanggut panjang.

Dalam mimpinya, Syekh Syamsudin diminta untuk mencari beberapa batu yang tersebar di dalam hutan yang ditumbuhi tanaman Talang dan Anau. Setelah dikumpulkan, batu-batu tersebut diyakini akan memberikan manfaat bagi generasi mendatang.

Dari lokasi penemuan di kawasan Gunung Omeh, Syekh Syamsudin membawa batu-batu tersebut ke Jorong Talang Anau. Legenda menyebutkan bahwa batu-batu ini dibawa dengan cara unik, yakni dihela layaknya ternak, hingga akhirnya ditempatkan di lokasi saat ini. Batu Talempong sejak itu digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan masyarakat dengan membunyikannya.

Sebelum Batu Talempong dimainkan, terdapat ritual khusus yang harus dilakukan. Ritual ini mencakup pembakaran menyan dan pembacaan doa sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan. Batu Talempong dimainkan oleh tiga orang, dengan masing-masing batu memiliki ukuran yang berbeda, mulai dari satu meter hingga 1,8 meter.

Selain dimainkan dalam acara adat dan ritual membayar nazar atau 'bakaua', Batu Talempong juga diyakini memiliki kekuatan mistis. Warga percaya bahwa batu ini bisa berbunyi sendiri sebagai pertanda akan terjadinya musibah. Suara yang muncul bisa berupa gemuruh atau bunyi aneh lainnya, yang dianggap sebagai sinyal bahaya bagi masyarakat setempat.

Balai Adat Nagari Talang Anau, Kecamatan Gunuang Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
Menurut penelitian arkeolog, Batu Talempong diperkirakan telah ada sebelum tahun 1.400 Masehi dan bahkan telah digunakan sejak 2.000 tahun sebelum Masehi. Keunikan dan nilai sejarahnya membuat pemerintah menetapkannya sebagai situs cagar budaya.

Meski memiliki daya tarik tersendiri bagi peneliti dan wisatawan, pelestarian Batu Talempong menghadapi tantangan. Saat ini, minat generasi muda untuk mempelajari dan memainkan alat musik ini semakin berkurang. Pemerintah dan pemuka adat berharap adanya upaya lebih lanjut agar warisan budaya ini tetap lestari dan dikenal oleh generasi mendatang.

Dengan nilai sejarah dan keunikan yang dimilikinya, Batu Talempong bukan sekadar peninggalan masa lalu, tetapi juga bagian penting dari identitas budaya Minangkabau yang perlu terus dijaga dan dilestarikan.

Saat di lokasi, tanpa pengalaman musik, kami mencoba untuk memainkan Batu Talempong. Ketika dipukul, batu-batu tersebut menghasilkan suara yang unik dan khas, membuktikan keajaiban akustiknya.

Pengalaman ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana masyarakat setempat telah menjaga dan merawat warisan budaya ini selama berabad-abad.
Bagikan:

Komentar