Tantang Suami di Pilkades, Isteri Akhirnya 'Keok' | riauantara.co
|
Menu Close Menu

Tantang Suami di Pilkades, Isteri Akhirnya 'Keok'

Minggu, 30 Juni 2019 | 19:28 WIB
Kuswiyanto (kanan) dan istrinya, Alina Sribawani/ft: Tugu Malang


RIAUANTARA.CO| MALANG - Rona kebahagiaan terpancar dari wajah pasangan suami-istri, Kuswiyanto dan Alina Sribawani, Minggu sore (30/6). Kuswiyanto baru saja memenangkan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Arjowilangun di Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang, yang digelar hari ini.

Dia meraih 4.416 suara, sedangkan sang istri yang menjadi penantangnya meraih 1.325 suara. Meski begitu, Alina Sribawani tetap tampak bahagia dengan hasil pilkades.

"Itu suara istri saya lumayan banyak, ini membuktikan kalau selama ini kita selalu bersama-sama membangun desa," kata Kuswiyanto, disambut senyuman sang istri, saat ditemui di rumahnya usai penghitungan suara.

Desa Arjowilangun, Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang, merupakan satu dari 21 desa di Kabupaten Malang yang calon kepala desanya adalah pasangan suami istri yang bersaing dalam pilkades tahun ini. Selain itu, ada juga 10 desa calon kepala desanya adalah kakak beradik.

Sebagaimana di desa-desa lain, Kuswiyanto mendaftarkan istrinya untuk jadi calon kepala desa, karena dia dari awal sadar tidak akan ada yang menjadi pesaingnya.

"Istri saya daftar sekitar kurang 10 menit sebelum penutupan pendaftaran, karena dari awal memang kita tahu tidak ada yang daftar," katanya.

Jika seandainya Kuswiyanto calon tunggal, maka pemilihan kepala desa di tempatnya akan diundur setahun berikutnya, dan kepala desa akan dijabat oleh pelaksana tugas (PLT). "Jadi, meski seandainya istri saya yang jadi, ya tidak masalah," imbuh pria 53 tahun ini.

Kuswiyanto bersyukur bahwa partisipasi pemilih cukup besar di daerahnya. Ada sekitar 5.741 pemilih dari total 11.000 hak suara.

"Ini sudah lumayan, meski yang maju pasangan suami istri," jelas pria yang sebelumnya berprofesi sebagai guru ini.

Terkait alasan tidak adanya warga lain yang hendak jadi penantangnya, Kuswiyanto memperkirakan penyebabnya adalah hasil pilkades lima tahun lalu.

"Saat itu saya unggul dari calon yang lain sekitar 5.700 suara, mungkin karena keunggulan yang besar itu sekarang yang lain jadi mikir mau nyalon," katanya.

Dengan terpilihnya menjadi kepala desa, Kuswiyanto akan memasuki periode ketiganya menjadi kepala desa.


Komitmen Antikorupsi
Lalu, apa yang membuat masyarakat begitu senang dengan kepemimpinan Kuswiyanto? Alina Sribawani mengatakan, salah satunya adalah karena keterbukaan anggaran. "Kita satu keluarga berkomitmen, tidak akan makan uang yang bukan hak kami," kata Alina.

Kuswiyanto menambahkan, dia selalu terbuka dalam hal pengerjaan proyek. "Seperti pembangunan jalan, di setiap proyek selalu saya tulis anggarannya berapa, agar masyarakat tahu. Saya juga tidak pernah pegang uang desa, uang desa yang pegang bendahara," kata Kuswiyanto.

Sedangkan untuk pemasukan setiap harinya, Kuswiyanto mengatakan bahwa dirinya saat ini masih menjadi guru berstatus aparatur sipil negara (ASN).

"Saya statusnya adalah guru ASN yang cuti menjadi kepala desa, jadi gaji masih dapat, tunjangan yang tidak dapat," katanya.

Alina menimpali, pemasukan keluarganya juga datang dari bisnis sewa lahan untuk ditanami tebu. "Kami juga punya lahan, jadi cukup untuk sehari-hari," kata Alina.

Selain itu, Kuswiyanto mengatakan, kunci sukses memimpin desa adalah menampung aspirasi semua umat beragama. Kebetulan, di desanya, hampir semua agama yang diakui di Indonesia ada pemeluknya.

”Meskipun 80 persen (warga) masih (beragama) Islam, sisanya itu dari berbagai agama. Contoh konkret yang saya lakukan adalah hadir ketika ada masyakat yang meninggal dunia, apa pun agamanya, saya tidak memandang agama untuk silaturahmi, meski agama saya Islam,” pungkas pria empat orang anak ini.



Sumber: kumparan.com
Bagikan:

Komentar