Jakarta, riauantara.co | Bursa mata uang kripto raksasa, Bybit, dikabarkan mengalami serangan peretasan besar-besaran yang menyebabkan kerugian hingga US$1,5 miliar atau sekitar Rp 24,46 triliun (kurs Rp 16.310).
Peretas berhasil mencuri aset digital dari dompet dingin Bybit, sebuah sistem penyimpanan offline yang seharusnya memiliki tingkat keamanan tinggi.
Sebagian besar aset yang dicuri berbentuk ether, yang kemudian dipindahkan ke beberapa dompet sebelum dilikuidasi melalui berbagai platform.
Insiden ini menyebabkan kepanikan di kalangan pengguna Bybit, yang berbondong-bondong menarik dana mereka karena khawatir bursa tersebut akan mengalami kebangkrutan.
CEO Bybit, Ben Zhou, segera memberikan pernyataan terkait insiden ini. Melalui akun X resminya, Zhou meyakinkan bahwa operasional Bybit masih berjalan normal. “Semua dompet dingin lainnya aman. Semua penarikan berjalan normal,” ujarnya, dikutip dari CNBC Internasional, Sabtu (22/2/2025).
Selain itu, Zhou juga mengungkapkan bahwa Bybit telah mendapatkan pinjaman jembatan dari mitra untuk menutupi kerugian serta memastikan keberlangsungan operasionalnya. Namun, ia tidak mengungkapkan detail terkait mitra yang memberikan dukungan tersebut.
Sementara itu, analis dari Elliptic mengaitkan serangan ini dengan kelompok peretas Lazarus yang berbasis di Korea Utara. Kelompok ini dikenal sebagai dalang berbagai pencurian aset kripto bernilai miliaran dolar, yang diduga digunakan untuk membiayai rezim Korea Utara.
Lazarus sebelumnya pernah menyusup ke empat bursa di Korea Selatan dan mencuri bitcoin senilai US$200 juta (Rp 3,2 triliun).
Kasus peretasan Bybit ini menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah industri kripto, melampaui insiden pencurian Poly Network yang kehilangan US$611 juta (Rp 9,9 triliun) pada 2021 serta serangan terhadap Binance yang mengakibatkan hilangnya US$570 juta (Rp 9,2 triliun) pada 2022.
Hingga saat ini, pihak berwenang dan tim keamanan Bybit masih menyelidiki kejadian ini guna mengungkap lebih lanjut pelaku dan modus operandi yang digunakan.
Keamanan dalam industri kripto pun kembali menjadi sorotan di tengah meningkatnya ancaman serangan siber yang menargetkan platform aset digital global.
(mai/ia)
Komentar