![]() |
Oleh: DR. Abdulhaque Albantanie |
Pekanbaru, riauantara.co | Dalam setiap aspek kehidupan—mulai dari transaksi dagang, kontrak kerja, pernikahan, hingga wakaf—ada satu hal mendasar yang menjadi pondasi: akad atau perjanjian. Bagi seorang Muslim, mematuhi akad bukan sekadar soal etika sosial, melainkan bagian dari kepatuhan kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Wahai orang-orang yang beriman! Tepatilah perjanjian-perjanjian itu.”
(QS. Al-Māidah: 1)
Ayat ini menegaskan bahwa akad adalah bagian dari iman. Mengingkari akad berarti bermain-main dengan amanah, dan itu bisa menjerumuskan seseorang pada dosa besar. Islam memandang akad bukan sekadar formalitas, melainkan komitmen sakral yang wajib dijaga dan dipenuhi.
Rasulullah SAW bersabda:
“Kaum Muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat.”
(HR. Abu Dawud)
Dalam praktiknya, taat pada akad mencerminkan integritas dan tanggung jawab. Jika dalam perjanjian kerja disebut mulai pukul 08.00, datanglah lebih awal. Jika dalam akad jual beli tercantum kehalalan produk, pastikan kualitas dan kejujuran. Jika dalam kesepakatan utang tertulis jatuh tempo tiga bulan, lunasi lebih cepat bila mampu.
Mengapa Taat Akad Penting?
Karena ketaatan pada akad adalah cerminan taqwa. Dari taqwa itulah Allah SWT melimpahkan keberkahan. Hidup pun menjadi lebih terarah, penuh ketenangan, dan terhindar dari rezeki yang kotor. Sebaliknya, pelanggaran terhadap akad bisa membuka pintu kehancuran spiritual—rezeki menjadi haram atau setidaknya syubhat, dan batin tak lagi tenang.
Saatnya Hijrah: Hormati Akad, Raih Derajat Tertinggi
Kini saatnya berubah. Mari kita berhijrah dari kebiasaan meremehkan akad menjadi pribadi yang memuliakan perjanjian. Dari yang suka menunda-nunda kewajiban, menjadi orang yang paling cepat menunaikan amanah.
Percayalah, saat kau mulai menunaikan setiap akad dengan sepenuh hati, Allah akan mengangkat derajatmu. Rezeki lebih bersih, hidup lebih berkah, dan kepercayaan dari manusia serta Allah pun mengalir deras padamu.
Ingat, taat akad bukan hanya soal dunia—tapi soal akhirat.
Komentar