RIAUANTARA.CO | PEKANBARU - Saat tubuh melakukan aktivitas olahraga dengan tempo yang rendah, kemudian tubuh melakukan peningkatan intensitas aktivitas olahraga tersebut, tubuh akan merasakan bahwa nafas menjadi tersengal-sengal atau nafas yang semakin memburu.
Hal seperti ini juga terjadi, pada saat kita mengendarai kendaraan bermotor. Ketika kita “menggeber” motor kita, maka mesin motor akan semakin panas.
Perumpamaan di atas dapat digunakan untuk menggambarkan inflasi. Inflasi adalah barometer dari suhu perekonomian suatu wilayah. Saat pertumbuhan ekonomi digenjot atau tumbuh lebih cepat daripada biasanya, maka dapat dipastikan bahwa inflasi di daerah itu akan mengikuti tingkat pertumbuhan ekonomi.
Inflasi adalah thermometer dari pertumbuhan ekonomi. Sehingga saat pertumbuhan ekonomi tumbuh ke arah positif maka pemerintah akan melirik kepada bagaimana keadaan inflasi, apakah terkendali atau tidak terkendali.
Dalam istilah ekonomi, inflasi lebih tinggi dari biasa dikenal dengan overheated.
Inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum di suatu wilayah-di Indonesia merupakan catatan harga di 90 kota yang dicatat Badan Pusat Statistik (BPS) dan diumumkan setiap awal bulan.
Lawan katanya adalah deflasi, penurunan harga-harga.
Inflasi menjadi 'jahat' bila kadarnya terlalu tinggi, sehingga menggerus pertumbuhan ekonomi, sementara inflasi 'baik' ada pada level tertentu yang diperlukan untuk menggerakkan ekonomi.
Pada zaman Pak Harto dulu, masyarakat melihat inflasi dengan ukuran single digit atau double digit. Hal ini diartikan jika inflasi lebih dari 10% (double digit) maka sudah berstatus warning, tapi jika dibawah 10% (single digit) dianggap masih aman-aman saja.
Inflasi tinggi membuat kehidupan rakyat menjadi lebih sulit karena harga barang dan jasa menjadi mahal. Sementara itu, jika inflasi terlalu rendah, kondisi ini menjadi tidak menarik bagi pengusaha untuk melakukan aktivitas bisnis karena tidak menjanjikan keuntungan yang maksimal.
Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi diberikan dua instrumen utama yaitu kebijakan suku bunga dan operasi moneter. Bila inflasi tinggi, maka Bank Indonesia selaku bank sentral, akan menaikkan suku bunga, dengan harapan bank-bank ikut menaikkan suku bunga deposito, sehingga masyarakat lebih memilih menabung dari pada berbelanja.
Hal ini akan berdampak kepada masyarakat dimana akan mengurangi belanja barang dan jasa atau dengan kata lain, permintaan akan barang dan jasa menjadi turun.
Secara teori, penurunan permintaan ini memberi dampak kepada para penyedia barang dan jasa untuk menurunkan harga. Penurunan harga ini yang akan membuat inflasi terkoreksi.
Tercatat, selama tahun 2022 yang lalu Bank Indonesia telah melakukan “penyesuaian” suku bunga dari bulan Agustus 2022 sampai Desember 2022 sebanyak lima kali, dari 3,75 % pada bulan Agustus menjadi 5,50 % pada Desember 2022.
Semua itu tak lain adalah upaya Bank Indonesia untuk dapat menahan angka inflasi pada level yang sudah disepakati tahun 2022.
Sebaliknya, bila inflasi rendah, Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga sehingga masyarakat lebih memilih berbelanja dari pada menabung. Bahkan, masyarakat diharapkan dapat “meminjam” uang di bank untuk berbelanja atau meningkatkan kegiatan usaha.
Dengan adanya peningkatan usaha atau aktivitas ekonomi, harga barang dan jasa juga beranjak meningkat.
Hal ini yang menarik pengusaha untuk meluaskan usaha yang berdampak dengan terciptanya lapangan pekerjaan.
INFLASI KOTA PEKANBARU SELAMA TAHUN 2022
Selama tahun 2022 lalu, tercatat beberapa peristiwa penting telah berlaku di Indonesia yang sangat berpengaruh terhadap angka inflasi selama tahun 2022.
Kelangkaan minyak goreng di Bulan Januari 2022, kenaikan harga Avtur di Bulan April 2022, Ramadhan dan Idul Fitri di Bulan Mei 2022, Anomali cuaca dan kenaikan harga Elpiji di Bulan Juni 2022, Kenaikan harga BBM di Bulan September 2022, dan Natal dan Tahun Baru di Bulan Desember 2022.
Semua keadaan di atas telah menjadi pemicu terjadinya kenaikan inflasi di tahun 2022.
Kenaikan avtur April 2022 memberikan dampak derifatif terhadap terjadinya kenaikan angkutan udara dan biaya pengiriman barang, demikian juga kenaikan BBM di Bulan September 2022 membawa efek domino yang amat panjang terhadap beberapa komoditi yang dikonsumsi masyarakat sehingga menyebabkan kenaikan angka inflasi.
Di Kota Pekanbaru, dampak dari kebijakan dan kenaikan akibat penyesuaian harga pada beberapa komoditi penting di atas sangat berasa sekali. Pada tahun 2022 yang lalu inflasi Kota Pekanbaru Y0Y (Desember 2021 terhadap Desember 2022) tercatat mencapai angka 7.04 %.
Bulan Januari 2022 akibat kelangkaan minyak goreng Kota Pekanbaru mengalami inflasi 0,71%, Bulan Juni 2022 akibat dari kenaikan avtur pada April 2022 ditambah dengan situasi Ramdhan dan Idul Fitri dan penyesuaian harga Gas oleh pemerintah menyebabkan inflasi yang cukup tinggi, yakni sebesar 2,00%. Setelah mengalami inflasi yang cukup tinggi, pada bulan Agustus 2022 Kota Pekanbaru mengalami deflasi cukup dalam yakni mencapai 1,24 persen. Hampir di seluruh daerah di Indonesia mengalami deflasi.
Melihat keadaan ini, pemerintah melihat bahwa bulan September 2022 merupakan saat yang tepat untuk melakukan penyesuaian harga BBM, harga BBM dinaikkan oleh pemerintah.
Apa yang terjadi, inflasi kembali mengalami kenaikan. Kota Pekanbaru pada September mengalami inflasi sebesar 1,56%. Selanjutnya Pada bulan Desember 2022, kenaikan BBM pada bulan September 2022 telah berdampak cukup panjang.
Kenaikan BBM berakibat kepada kenaikan hampir seluruh komoditi, ibarat darah yang mengalir di tubuh kenaikan BBM telah berdampak ke semua lini, Komoditi yang mengalami dampak langsung adalah angkutan udara dan darat, kedua komoditi ini berperan sangat besar terhadap pembentukan angka inflasi pada kelompoknya di Kota Pekanbaru. Akibatnya dapat diduga, inflasi Kota Pekanbaru pada Desember 2022 mencapai 0,92% berdampak kepada inflasi YoY yang mencapai angka 7,04%.
Pada Bulan Januari 2023 BPS kembali merelease angka inflasi, pada Bulan Januari 2023 tercatat Inflasi Kota Pekanbaru Month to Month (MtM) 0,63% dan Mont to Date (MtD) 0,63% dan Year on Year (YoY) 6,95%. Inflasi (MtM) merupakan perbandingan Indeks Harga Bulan Januari 2023 terhadap Indeks Harga pada Bulan Desember 2023. Ini adalah keadaan inflasi pada Bulan Januari 2023, kalau ini merupakan hasil pengawalan team pengendali inflasi daerah (TPID) maka dapat dikatakan bahwa inilah prestasi atau buah dari kerja TPID Kota Pekanbaru.
Apakah TPID berhasil menekan angka inflasi pada capaian angka 0,63% ini?, kalau dibandingkan dengan bulan sebelumnya Desember 2022 inflasi 0,92% dan bulan yang sama tahun sebelumnya Januari 2022 inflasi 0,71% maka dapat dikatakan bahwa kerja TPID Kota Pekanbaru pada bulan Januari “BERHASIL”, Inflasi Januari 2023 sedikit dapat dikendalikan.
Inilah buah kerja TPID Kota Pekanbaru pada Bulan Januari 2023.
Beralih kepada Inflasi YoY, inflasi YoY (Desember 2021 terhadap Desember 2022) Kota Pekanbaru pada tahun 2022 yang lalu mencapai 7,04%, kemudian sedikit menurun menjadi 6,95% pada YoY Januari 2023. Pergerakan angka dari angka 7,04% menjadi 6,95% cukup membuat banyak orang panik, Kota Pekanbaru masih di urutan ke2 dari Kota Inflasi yang ada di Propinsi Riau. Tak cukup hanya TPID,
Bapak Pj. Walikota Pekanbaru pun ikut “memelototi” angka inflasi YoY yang masih bertengger di angka 6,95%.
Beliau menginstruksikan untuk membuat langkah-langkah strategis untuk dapat menekan laju inflasi di bulan-bulan ke depan.
Inflasi YoY yang cukup tinggi ini adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari, karena ini merupakan “tumpangan” dari beberapa kejadian pada tahun 2022 yang lalu.
Tumpangan tersebut berupa kejadian-kejadian ekstrim yang terjadi di Bulan April, Juni, September, dan Desember pada tahun lalu. Selama bulan-bulan ekstrim itu belum dilalui maka inflasi YoY untuk Kota Pekanbaru akan tetap tinggi, artinya YoY masih mengandung bulan-bulan ekstream tersebut.
Sebelum muncul istilah YoY, orang menggunakan kata untuk inflasi setahun itu adalah “komulatif inflasi”. Jadi indeks inflasi Januari 2023 terhadap indeks inflasi Januari 2022 itu adalah penjumlahan inflasi setiap bulannya selama satu tahun, inflasi Pebruari 2022 ditambah inflasi Maret 2022 dan seterusnya sampai Januari 2023, diperoleh angka 6,95 (bila dijumlahkan inflasi Pebrua2022 ke inflasi Januari 2023 ≠6,95, karena faktor pembulatan).
Betapa besarnya pengaruh tumpangan pada peristiwa tahun 2022 terhadap angka inflasi yoy. Untuk kita dapat melihat betapa besarnya pengaruh tumpangan itu.
Penulis memncoba membuat simulasi terhadap inflasi Bulan Februari 2023. Seandainya saja tidak terjadi perubahan harga di Bulan Februari 2023, artinya tidak terjadi kenaikan indeks harga di Bulan Februari 2023 terhadap Bulan Januari 2023, inflasi 0,00%, apa yang terjadi pada inflasi YoY pada Bulan Februari 2023? Inflasi YoY tetap tinggi, inflasi YoY pada Pebruari 2023 akan berada pada angka 6,45%. Masih tetap tinggi!
Mudah-mudahan tidak ada peristiwa extreme di tahun 2023 ini sehingga inflasi YoY Kota Pekanbaru akan terus melandai seperti yang sudah mulai terjadi di Bulan Januari 2023 ini.
Selamat berjuang TPID Kota Pekanbaru, kerja kalian sungguh luar biasa!!!.Kata
Kepala BPS Kota Pekanbaru.
(Khairunas@)
Komentar