Ekspor Sawit Indonesia di Awal 2025 Merosot, Permintaan Global Lesu | riauantara.co
|
Menu Close Menu

Ekspor Sawit Indonesia di Awal 2025 Merosot, Permintaan Global Lesu

Senin, 31 Maret 2025 | 19:49 WIB
Jakarta, riauantara.co | Indonesia mengawali tahun 2025 dengan kinerja ekspor sawit yang kurang menggembirakan. Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), baik volume maupun nilai ekspor sawit mengalami penurunan akibat melemahnya permintaan global.

Sepanjang Januari 2025, total ekspor produk sawit tercatat sebesar 1,96 juta ton, lebih rendah 100 ribu ton dibandingkan dengan bulan Desember 2024 yang mencapai 2,06 juta ton. 

Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono, mengungkapkan bahwa penurunan ini dipicu oleh melemahnya permintaan dari lima negara utama tujuan ekspor sawit Indonesia.

Jika dibandingkan dengan Desember 2024, ekspor sawit Indonesia ke beberapa negara mengalami penurunan signifikan. Pakistan mencatat penurunan terbesar sebesar 199 ribu ton (-53%), diikuti oleh China yang turun 197 ribu ton (-42%), India sebesar 62 ribu ton (-36%), Malaysia sebesar 60 ribu ton (-41%), dan Amerika Serikat sebesar 49 ribu ton (-22%).

Namun, beberapa wilayah mencatat kenaikan ekspor. Uni Eropa mengalami peningkatan ekspor sebesar 69 ribu ton (+53%), sementara ekspor ke Afrika naik 48 ribu ton (+18%), dengan Mesir sebagai penyumbang terbesar, mencatat kenaikan 37 ribu ton (+73%).

Dari sisi jenis produk, ekspor oleokimia mengalami penurunan dari 428 ribu ton pada Desember 2024 menjadi 388 ribu ton (-9,43%) di Januari 2025. Ekspor minyak sawit mentah (CPO) juga merosot dari 69 ribu ton menjadi 39 ribu ton (-43,58%), sementara ekspor produk olahan CPO turun tipis dari 1,465 juta ton menjadi 1,449 juta ton (-1,1%).

Selain ekspor, produksi minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) juga mengalami penurunan. Pada Januari 2025, total produksi CPO mencapai 3,828 juta ton dan PKO sebesar 356 ribu ton, sehingga total produksi sawit nasional tercatat 4,184 juta ton. Angka ini lebih rendah 53 ribu ton (-1,25%) dibandingkan dengan produksi bulan Desember 2024 yang mencapai 4,237 juta ton.

Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono, menyampaikan bahwa kondisi ini harus menjadi perhatian bagi pelaku industri sawit di Indonesia.

"Kami melihat adanya tren pelemahan permintaan dari beberapa negara tujuan utama, yang tentu berdampak pada kinerja ekspor. Oleh karena itu, diperlukan strategi diversifikasi pasar dan peningkatan daya saing produk sawit Indonesia agar tetap kompetitif di pasar global," ujar Mukti Sardjono.

Penurunan ekspor dan produksi ini menjadi tantangan bagi industri kelapa sawit nasional di awal 2025.

Pelaku industri diharapkan dapat mencari solusi strategis guna meningkatkan daya saing di pasar global dan menjaga kestabilan sektor sawit yang menjadi salah satu penyumbang utama devisa negara.
Bagikan:

Komentar